KUJANG SENJATA MASYARAKAT SUNDA ( 2)


Senjata khas masyarakat Sunda ini sudah ada sejak abad ke-4 Masehi. Masa itu, hingga abad ke-7, kujang hanya sebagai alat pertanian biasa. Namun memasuki abad ke-9, kujang berubah menjadi senjata yang khas, sekaligus memiliki ‘kekuatan’. Sejak itulah kujang menjadi senjata yang disegani, sekaligus pegangan raja-raja dan kaum bangsawan. Salah satunya adalah Kujang Pangarang Kinasihan, yang konon pernah menjadi pegangan Prabu Siliwangi, Raja Padjadjaran yang kesohor. Seperti apa keampuhan kujang ini?

Sejak abad 9 Masehi, wujud kujang tampak seperti yang biasa kita lihat saat ini. Sejak itulah image masyarakat soal Kujang telah berubah. Kujang yang semula sebagai alat pertanian seperti halnya cangkul, golok, arit, dan lainnya, telah berubah menjadi senjata yang bukan sembarangan. Kujang seakan menyimpan kharisma dan kekuatan yang tidak kasat mata. Maklumlah, sejak abad ke-9, kujang telah mengalami modifikasi bentuk berdasarkan wangsit yang diterima seorang raja di tatar Sunda.

Meski zaman telah berganti, kharisma Kujang tetap abadi. Kujang masih dipertahankan sebagai senjata yang penuh dengan misteri karena kekuatan magis dan kesakralannya. Bagi orang awam pun, pastilah akan memperlakukan Kujang secara istimewa. Semisal menjadikannya sebagai hiasan rumah, bahkan cinderamata. Di tatar Pasundan sendiri, wujud Kujang selalu dijadikan maskot, baik dalam lambang-lambang ataupun logo-logo dari lembaga pemerintah dan swasta.

Kawasan keramat

Menurut banyak kalangan, Kujang dikenal memiliki keampuhan yang luar biasa. Konon, setiap senjata Kujang, dipastikan berisi khadam-khadam tertentu. Bahkan tidak sedikit orang-orang pintar, yang sengaja mengisi senjata Kujang dengan kekuatan-kekuatan magis. Sehingga Kujang bukan saja menjadi senjata tajam yang mematikan, namun juga memiliki kekuatan dahsyat yang tidak kasat mata. Salah satu kedahsyatan Kujang yang menjadi legenda adalah Kujang Pangarang Kinasihan.

Kujang ini ditemukan seseorang bernama Sutisna Saputra (65), warga Desa Sunten Jaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung. Seperti halnya Kujang pasca abad ke-9, wujud Kujang Pangarang Kinasihan lebih mengarah pada bentuk aslinya, dimana kerap dipergunakan orang pada abad ke-4. Yakni berbentuk lurus panjang dengan sedikit berluk, seperti keris. Konon, bentuk seperti ini adalah wujud asli Kujang. Selain itu, keasliannya bisa dilihat dari tanda bunga melati atau bunga tanjung pada bagian batangnya.

Di kalangan masyarakat sekitar, sosok Sutisna atau yang akrab disapa Ki Entis, bukanlah tokoh sembarangan. Dia dikenal memiliki kemampuan ‘lebih’ dibanding warga masyarakat lainnya. Dan bagi Ki Entis, Kujang Pangarang Kinasihan bukanlah satu-satunya benda pusaka yang diperolehnya secara gaib. Benda lain yang juga ‘dititipkan’ kepadanya adalah Batu Lonceng, yang punya juga memiliki kekuatan gaib luar biasa.

Bukan hanya itu, kawasan Desa Sunten Jaya sendiri dikenal sebagai daerah yang bersejarah. Selain tidak pernah tersentuh kaum penjajaht, di tempat inilah dahulu Bung Karno sering berkunjung dan mengadakan rapat-rapat penting bersama tokoh-tokoh lain soal bangsa dan Negara, sekaligus sebagai tempat bersembunyi dari kejaran musuh. Dan kekuatan mistis tempat inilah yang kerap menyembunyikan Bung Karno dari kejaran penjajah, termasuk luput dari serangan bombardir angkatan udara tentara Jepang. Tidak heran bila kawasan ini sering disebut-sebut sebagai daerah yang angker. Konon, salah satu penyebabnya adalah karena kekuatan khadam Kujang Pangarang Kinasihan.

Kujang Pangarang

Desa Sunten Jaya terletak dikaki Gunung Palasari. Kawasan ini kerap dijadikan tempat pendidikan dan latihan para perwira TNI. Bagi Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat, kawasan Gunung Palasari punya sejarah tersendiri. Menurut Ki Entis, Gunung Palasari di huni tokoh gaib bernama Sembah Dalam Ider Polisi Langlang Buana. Selain itu, di gunung ini masih berkeliaran macan siluman warna hitam dan putih. Orang-orang yang kemping di kawasan itu yang kerap menjumpai macan legenda tersebut. Meski berkeliaran, namun macan ini tak pernah mengusik manusia, apalagi sampai mengganggu.

Kata Ki Entis, latarbelakang sejarah Sunten Jaya punya andil besar menambah kekuatan yang bercokol di dalam Kujang Pangarang Kinasihan. Kujang ini, tutur Ki Entis, dihuni dua sosok gaib bernama Nyi Mas Dewi Oneng dan Nyi Mas Naga Ningrum. “Kujang ini sudah ada sebelum Prabu Siliwangi memegang tampuk kekuasaan di Kerajaan Pajajaran,” tuturnya.

Nama lain Kujang ini adalah Sunan Dalem Marga Taka. Kelebihan kujang ini dulu pernah digunakan untuk melumpuhkan penjajah. Kujang ini selain mengandung kekuatan magis tinggi, juga sangat dikeramatkan. Menurut Ki Entis, selain karena kebesaran Allah SWT, karena kelebihan yang dimiliki kujang inilah kawasan Sunten Jaya tidak bisa dimasuki penjajah. Selain itu, konon khadam Kujang Pangarang Kinasihan bisa menjaga rumah, bahkan lingkungan di mana kujang itu berada.

Soal asal usul mendapatkan kujang ini, Ki Entis menceritakan bila kujang ini datang sendiri menghampirinya. Ketika itu istrinya tengah hamil anak pertama. Tiba-tiba saja di ruang tempat penyimpanan Batu Lonceng, tergeletak sebilah Kujang. Lantas Kujang itu disempurnakan dan dibersihkan. Sampai kemudian istrinya melahirkan, kujang inilah yang memberi nama melalui bisikan gaib. Tanpa piker panjang lagi, Ki Entis lantas memberi nama anaknya Hikmat Wati, persis seperti bisikan gaib dari penghuni Kujang Pangarang Kinasihan. (bersambung)